GOLEK-GOLEK

Selasa, 29 Maret 2011

Klasifikasi Anak Berkebutuhan Khusus


Membicarakan anak-anak berkebutuhan khusus, sesungguhnya banyak sekali variasi dan derajat kelainan. Ini mencakup anak-anak yang mengalami kelainan fisik, mental intelektual, sosial emosional, maupun masalah akademik.
Anak-anak berkelainan fisik:
1.Klasifikasi Anak Tuna Netra
Anak tuna netra adalah anak yang mengalami kelainan atau gangguan fungsi penglihatan, yang memiliki tingakat atau klasifikasi yang berbeda-beda. Secara paedagogis membutuhkan layanan pendidikan khusus dalam belajarnya di sekolah, berdasarkan tingkatannya dapat diklasifikasi sebagai berikut:
Berdasarkan tingkat ketajaman penglihatan
Kelainan penglihatan kategori Low vision (kurang lihat) yaitu penyandang tunanetra yang memiliki ketajaman penglihatan 6/20m-6/60m. Sedangkan kategori berat atau The Blind yaitu penyandang tunanetra yang memiliki tingkat ketajaman penglihatan 6/60m atau kurang. Untuk yang kategori berat ini, masih ada dua kemungkinan yaitu adakalanya masih dapat melihat gerakan-gerakan tangan atau hanya dapat membedakan gelap dan terang. Sedangkan tuna netra yang memiliki ketajaman penglihatan dengan visus 0, sudah sama sekali tidak dapat melihat.
Berdasarkan adaptasi Pedagogis
a.Kemampuan melihat sedang (moderate visual disability), masih dapat melaksanakan tugas-tugas visual yang dilakukan orang awas dengan menggunakan alat bantu khusus serta dengan bantuan cahaya yang cukup.
b.Ketidakmampuan melihat taraf berat (severe visual disability), memiliki penglihatan yang kurang baik, atau kurang akurat meskipun dengan menggunakan alat bantu visual dan modifikasi.
c.Ketidakmampuan melihat taraf berat (profound visual disability), mengalami kesulitan dalam melakukan tugas-tugas visual, dan tidak dapat melakukan tugas-tugas yang lebih detail seperti membaca dan menulis.

2.Klasifikasi Anak Tuna Rungu
Tuna rungu adalah istilah yang menunjuk pada kondisi ketidakfungsian organ pendengaran atau telinga seorang anak. Kondisi ini menyebabkan mereka mengalami hambatan dan keterbatasan dalam merespon bunyi-bunyi yang ada disekitarnya. Tuna rungu terdiri atas beberapa tingkatan kemampuan mendengar, yang umum dan khusus.
a.Klasifikasi umum
The deaf atau tuli yaitu penyandang tuna rungu berat dan sangat berat dengan tingkat ketulian diatas 90dB.
Hard of hearing atau kurang dengar yaitu penyandang tuna rungu ringan atau sedang dengan derajat ketulian 20-90dB.
b.Klasifikasi khusus
Tuna rungu ringan, yaitu penyandang tuna rungu yang mengalami tingkat ketulian 25-45dB. Mengalami kesulitan untuk merespon suara-suara yang datangnya agak jauh.
Tuna rungu sedang, yaitu penyandang tuna rungu yang mengalami tingkat ketulian 46-70dB. Hanya mengerti percakapan pada jarak 3-5 feet (kaki) secara berhadapan.
Tuna rungu berat, yaitu penyandang tuna rungu yang mengalami tingkat ketulian 71-90dB. Hanya dapat merespon bunyi-bunyi dalam jarak yang sangat dekat dan diperkeras.
Tuna rungu sangat berat, yaitu penyandang tuna rungu yang mengalami tingkat ketulian 90dB keatas. Tidak dapat merespon bunyi sama sekali.
3.Klasifikasi Anak Tuna Daksa
Anak tuna daksa adalah anak-anak yang mengalami kelainan fisik, atau cacat tubuh yang mencakup kelainan anggota tubuh maupun yang mengalami kelainan gerak dan kelumpuhan. Menurut tingkat kelainannya, anak-anak tuna daksa dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
(a.i.1.a)Cerebral Palsy
Ringan, dapat berjalan dengan alat bantu, mampu berbicara dan dapat menolong dirinya sendiri.
Sedang, memerlukan bantuan untuk berjalan, latihan berbicara dan mengurus diri sendiri.
Berat, memerlukan perawatan tetap dalam ambulasi, berbicara, dan menolong diri sendiri.
(a.i.1.b)Berdasarkan Letaknya
Spastic
Dyskenisia
Ataxia
Campuran/ganda
(a.i.1.c)Polio
Tipe spinal
Tipe bulbair
Tipe bulbispinalis
Encephalitis
Anak Berkelainan Mental Emosional:
1. Klasifikasi Anak Tuna Grahita
Ada beberapa klasifikasi atau pengelompokkan tuna grahita berdasarkan berbagai tinjauan, diantaranya:
a.i.1.c.i.1.Berdasarkan kapasitas intelektual (skor IQ)
Tuna grahita ringan IQ 50-70
Tuna grahita sedang IQ 35-50
Tuna grahita berat IQ 20-35
Tuna grahita sangat berat IQ <20
a.i.1.c.i.2.Berdasarkan kemampuan akademik
Tuna grahita mampu didik
Tuna grahita mampu latih
Tuna grahita mampu rawat

a.i.1.c.i.3.Berdasarkan tipe klini pada fisik
Down’s Syndrome (Mongolism)
Macro Cephalic (Hidro Cephalic)
Micro Cephalic
2. Klasifikasi Anak Tuna Laras
Anak tuna laras adalah anak-anak yang mengalami gangguan perilaku, yang ditunjukkan dalam aktivitas kehidupan sehari-hari, baik di sekolah maupun dalam lingkungan sosialnya. Klasifikasi yang menonjol dari anak-anak berkebutuhan khusus yang mengalami kelainan perilaku sosial adalah:
Berdasarkan Perilakunya
Beresiko tinggi, hiperaktif, suka berkelahi, memukul, dll
Berisiko rendah, autism, cemas, ketakutan, merasa tertekan, dll
Kurang dewasa, suka berfantasi,suka berangan-angan.
Agresif, memiliki genk jahat, suka mencuri, dll
Berdasarkan Kepribadian
Kekacauan perilaku
Menarik diri
Ketidakmatangan
Agresi sosial (menyerang kelompok)
Anak Berkelainan Akademik
1.Klasifikasi anak berbakat
Anak berbakat adalah anak-anak yang mengalami kelainan intelektual di atas rata-rata. Beberapa klasifikasi yang menonjol dari anak-anak berbakat umumnya hanya dilihat dari tingkat intelegensinya, berdasarkan standar Stanford Binet yaitu meliputi:
Kategori rata-rata tinggi, IQ (110-119)
Kategori superior, IQ (120-139)
Kategori sangat superior, IQ (140-169)

2.Klasifikasi anak berkesulitan belajar
Berkesulitan belajar adalah salah satu jenis anak berkebutuhan khusus yang ditandai dengan adanya kesulitan untuk mencapai standar kompetensi yang telah ditentukan dengan mengikuti pembelajaran konvensional. Ada klasifikasi yang berdasarkan dari jenis gangguan atau kesulitan yang dialami anak:
Dispraksia merupakan gangguan pada keterampilan motorik.
Disgraphia merupakan kesulitan dalam menulis.
Diskalkulia merupakan kesulitan dalam menghitung matematika.
Disleksia merupakan kesulitan membaca baik membaca permulaan maupun pemahaman.
Dysphasia merupakan kesulitan berbahasa dimana anak sering melakukan kesalahan dalam berkomunikasi baik menggunakan bahasa tulis maupun lisan.
Body awareness, anak tidak memiliki akan kesadaran tubuh sering salah prediksi pada aktivitas gerak mobilitas.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar