GOLEK-GOLEK

Selasa, 29 Maret 2011

Pendidikan Jasmani Adaptif

BAB I
PENDAHULUAN
Pendidikan jasmani adalah proses pendidikan tentang dan melalui aktivitas jasmani, permainan atau olahraga terpilih untuk mencapai tujuan pendidikan. Sebagaimana anak yang normal, anak tunadaksa sebagai anak berkebutuhan khususpun berhak mendapatkan pendidikan, sehingga merekapun berhak mendapatkan pendidikan jasmani sebagai salah satu proses untuk mencapai tujuan pendidikan mereka.
Namun tentu saja karakteristik anak tunadaksa yang berbeda dengan anak normal, mengharuskan adanya program khusus dalam pelaksanaan pendidikan jasmani bagi mereka. Program pendidikan jasmani yang dibuat khusus untuk anak berkebutuhan khusus termasuk tunadaksa inilah yang disebut pendidikan jasmani adaptif. Yaitu pendidikan jasmani yang dlam pembelajarannya disesuaikan dengan karakteristik dan kebutuhan yang dimiliki oleh anak.
Program pendidikan jasmani adaptif bagi anak berkebutuhan khusus, termasuk di dalamnya anak tunadaksa akan dibuat khusus dan berbeda dengan program pendidikan jasmani bagi anak normal, sehingga perlu adanya modifikasi-modifikasi tertentu dalam kurikulum, strategi pembelajaran, materi dan alat (media) yang digunakan, teknik pembelajaran, serta lingkungan tempat belajar.
Berdasarkan tujuan pendidikan jasmani adaptif yang ada yaitu untuk menolong siswa mengkoreksi kondisi yang dapat diperbaiki, membantu siswa melindungi diri sendiri dari kondisi apapun yang memperburuk keadaannya melalui pendidikan jasmani tertentu, memberikan kesempatan pada siswa mempelajari dan berpartisipasi dalam sejumlah macam olah raga dan aktivitas jasmani, waktu luang yang bersifat rekreasi, menolong siswa memahami keterbatasan kemampuan jasmaniah dan mentalnya, membantu siswa melakukan penyesuaian social dan mengembangkan perasaan memiliki harga diri, membantu siswa dalam mengembangkan pengetahuan dan apresiasi terhadap mekanika tubuh yang baik, menolong siswa memahami dan menghargai macam olahraga yang dapat diminatinya sebagai penonton, maka diharapkan dapat mengoptimalkan potensi anak berkebutuhan khusus termasuk anak tunadaksa agar kehidupan mereka semakin bermakna bagi mereka sendiri dan orang lain.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pendidikan Jasmani Adaptif bagi Anak Tunadaksa
Pada kenyataannya, para siswa penyandang kelainan memiliki kebutuhan yang lebih besar akan gerak, seperti diakui oleh para ahli , justru pendidikan jasmani harus merupakan program utama dari program Pendidikan Luar Biasa secara keseluruhan, karena menjadi dasar atau fondasi bagi peningkatan fungsi tubuh yang sangat diperlukan oleh anak-anak berkebutuhan khusus.
Pendidikan jasmani dapat memberikan sumbangan yang sangat bermakna kepada siswa berkebutuhan khusus termasuk tunadaksa. Agar sumbangan tersebut dapat diwujudkan, berarti bahwa kurikulum harus dirancang untuk memenuhi kebutuhan individual siswa.
Program pendidikan jasmani bagi anak tunadaksa harus spesifik dan keterampilan gerak harus diajarkan dalam pola-pola yang baik, yang bermula dari gerak yang paling sederhana dan bertahap maju ke ketrampilan yang lebih komleks.
Guru sebelum memberikan pengajaran dan pelayanan bagi anak tunadaksa harus diperhatikan hal sebagai berikut:
Segi medisnya: apakah anak memiliki kelainan khusus seperti kencing manis, atau pernah dioperasi, masalah lain seperti harus minum obat dan sebagainya.
Bagaimana kemampuan gerak dan: apakah anak ke sekolah menggunakan transportasi, alat Bantu, dan sebagainya. Ini berhubungan dengan lingkungan yang harus dipersiapkan.
Bagaimana komunikasinya: apakah anak mengalami kelainan dalam berkomunikasi, dan alat komunikasi apa yang digunakan, dan sebagainya.
Bagaimana perawatan dirinya: apakah anak dapat melakukan perawatan diri di dalam aktivitas kegiatan sehari-hari.
Bagaimana posisinya: di sini dimaksudkan tentang bagaimana posisi anak tersebut di dalam menggunakan alat bantu, posisi duduk dalam menerima pelajaran, waktu istirahat, waktu ke kamar kecil (toilet), makan, dan sebagainya. Dalam hal ini Physical Therapis sangat diperlukan.
Dalam pendidikan jasmani adaptif bagi anak tunadaksa guru perlu mengakui bahwa aspek psikologis dari situasi kelas sama dan bahkan lebih penting dari pada tujuan-tujuan substantif pendidikan jasmani. Di samping itu, untuk mampu menjaga motivasi anak tetap tinggi, guru perlu memiliki cara-cra kreatif dalam pengajaran. Guru pendidikan jasmani harus menanamkan pada dirinya sendiri tujuan dan keinginan untuk membantu siswa dalam mengembangkan citra diri positif, mengembangkan hubungan interpersonal yang efektif, mengoreksi kondisi fisik khusus yang masih mungkin diperbaiki, mengembangkan suatu kesadaran keselamatan dan menjadikan anak-anak bugar secara fisik sesuai dengan kapasitasnya.
B. Meningkatkan Potensi Anak Tunadaksa melalui Pendidikan Jasmani Adaptif
Pada dasarnya anak tunadaksa mempunyai potensi-potensi tertentu di balik keterbatasan yang mereka miliki. Termasuk kemampuan atau potensi fisik yang mereka milikipun sesungguhnya tidak kalah dengan anak-anak normal, sehingga anak tunadaksapun dapat melakukan pendidikan jasmani adaptif dengan keadaan fisik yang masih mereka miliki, bahkan kemampuan merekapun dapat dikembangkan menjadi suatu prestasi yang dapat membanggakan.
Anak tunadaksa yang tidak memiliki kedua tangan dan kedua kaki dapat dilatih menjadi perenang yang hebat. Begitu juga anak tunadaksa yang tidak mempunyai kedua tangan, masih dapat melakukan kegiatan olahraga lain seperti lompat jauh atau lompat tinggi jika dilatih dengan baik. Contoh lain anak tunadaksa yang tidak mempunyai kedua kaki dapat bermain basket meskipun dengan kursi roda.
Potensi yang bisa dikembangkan dari diri anak tunadaksa dan menghargai macam olah raga yang dapat diminatinya sebagai penonton atau bahkan yang berhubungan dengan olah raga yang begitu dekat dengan pendidikan jasmani adaptif sesungguhnya sangat banyak, dan semuanya hanya dapat diperoleh dengan berbagai latihan melalui pendidikan jasmani adaptif. Sehingga anak tunadaksa dapat memahami mereka sendiri yang sebagai pelaku dalam olah raga tersebut.
Namun sebenarnya anak tunadaksa tidak hanya memiliki potensi di bidang olah raga saja, karena sejatinya banyak di antara anak tunadaksa yang memiliki IQ rata-rata anak normal bahkan ada yang di atas rata-rata, sehingga potensi akademik dan potensi sosialpun dapat dikembangkan.
Sebagai contoh, meski dengan keterbatasan fisiknya anak tunadaksa dapat dilatih untuk bersosialisasi dan melakukan penyesuaian sosial denagn pendidikan jasmani adaptif, karena dalam pendidikan jasmani anak tuna daksa dapat tetap bermain dan berolah raga bersama teman-temannya yang normal. Hanya saja mereka menggunakan aturan yang berbeda. Kebersamaan anak tunadaksa dengan anak normal inilah tempat untuk mengasah kemampuan dan potensi sosial yang mereka miliki. Apalagi dengan IQ yang normal anak tunadaksa akan lebih mudah menjalani kehidupannya meski dengan keterbatasan kondisi fisiknya.
Dengan kemampuan sosial dan inteligensi yang normal anak dapat menjadi seorang public relation, atau juga dapat menjadi seorang motivator yang dapat memotivasi orang lain untuk melakukan seperti apa yang dia lakukan sehingga dapat mencapai keberhasilan dalam hidupnya. Banyak juga sisi-sisi kehidupan dan lapangan pekerjaan lain yang memerlukan kemampuan bersosialisasi, sehinga dengan potensi ini anak tunadaksapun dapat mengambil bagian di dalam lapangan tersebut.
Kondisi fisik yang terbatas diharapkan dapat dikoreksi, dikembalikan atau ditambah fungsinya melalui pendidikan jasmani adaptif ini. Dengan pendidikan jasmani adaptif ini anak akan dilatih bagaimana melindungi diri dari kondisi yang memperburuk keadaannya, sehingga dengan tercapainya tujuan pendidikan jasmani adaptif anak tunadaksa dapat mencapai potensi terbaik yang dimiliki dan dapat diberikan terlepas dari semua keterbatasan kondisi fisiknya.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Bahwa anak berkebutuhan khusus termasuk di dalamnya anak tunadaksa tetap berhak mendapatkan pendidikan, termasuk pendidikan jasmani adaptif sebagai suatu proses pendidikan tentang dan melalui aktivitas jasmani, pemainan, atau olahraga terpilih untuk mencapai tujuan pendidikan.
Pendidikan jasmani pada anak berkebutuhan khusus termasuk anak tunadaksa adalah pendidikan jasmani adaptif yaitu pendidikan jasmani yang dibuat khusus untuk anak tunadaksa yang dirancang dan dimodifikasi sesuai dengan karakteristik fisik dan psikologis anak berkebutuhan khusus untuk memenuhi kebutuhan khusus tersebut.
Pada dasarnya anak tunadaks amemiliki potensi yang tidak berbeda dengan potensi yang dimiliki oleh anak normal. Potensi-potensi tersebut dapat dikembangkan melalui pendidikan jasmani adaptif.
Potensi yang dimiliki anak tunadaksa yang dapat dikembangkan dengan pendidikan jasmani adapti di antaranya adalah potensi di bidang olahraga. Selain itu anak tunadaksa juga dapat dikembangkan potensi sosialnya melalui pendidikan jasmani adaptif.
Sebagian dari tujuan pendidikan jasmani adaptif bagi anak tunadaksa adalah agar anak tunadaksa mampu mencapai dan mempergunakan potensi tertinggi mereka, terlepas dari keterbatasan yang mereka miliki.
Dengan mengembangkan potensi yang ada pada diri anak tunadaksa, diharapkan anak mampu mencapai kemandirian dalam hidup, dan menjadikan hidup mereka lebih bermakna bagi diri mereka sendiri maupun bagi orang lain.
B. Saran
Bagi guru agar selalu memperhatikan bahwa kenyataannya anak tunadaksa memiliki kebutuhan untuk bergerak yang lebih besar dari pada anak normal, sehingga seyogyanya guru tidak membatasi gerak yang dilakukan oleh anak tunadaksa, tetapi harus tetap memperhatikan agar gerakan itu sesuai dengan karakteristik dan kebutuhan anak.
Guru harus menyadari bahwa aspek psikologis dari situasi kelas sama bahkan lebih penting dari pada tujuan-tujuan substantif pendidikan jasmani. Sehingga guru harus mampu menciptakan suasana yang sesuai dengan psikologis anak dan menjaga agar motivasi anak tetap tinggi.
Guru harus menanamkan pada dirinya bahwa tujuannya adalah membantu siswa mengembangkan citra diri positif dalam diri anak, dan mampu menggali potensi di balik keterbatasan fisiknya, sehingga anak dapat menjadi anak yang bugar secara fisik sesuai dengan kapasitasnya.
Dalam menggali dan mengembangkan potensi anak tunadaksa sesungguhnya bukan merupakan kewajiban guru pendidikan jasmani saja, tetapi memerlukan kerja sama dengan pihak-pihak lain seperti guru kelas, guru bidang studi, maupun orang tua dan teman sebaya anak, sehingga semua unsur yang berperan dalam pengembangan fungsi itu harus dapat bekerja sama dengan baik.
Membangkitkan motivasi untuk berprestasi kepada anak tunadaksa merupakan jalan yang tepat agar anak mau menggali dan mengembangkan potensinya. Karena tanpa ada kemauan dan motivasi dari internal anak tunadaksa, tidak akan mungkin dapat mencapai prestasi sesuai dengan potensi yang dimiliki oleh anak tunadaksa tersebut. Pada umumnya anak tunadaksa mengalami hambatan dalam pindah diri (ambulasi), dan koordinasi/keseimbangan tubuh. Agar anak tuna daksa dapat melakukan kegiatan hidup sehari-hari secara mobil perlu latihan. Alat-alat yang dapat digunakan dapat berupa:
1. Pulley Weight
2. Kanavel Table
3. Squeez Ball
4. Restorator Hand
5. Restorator Leg
6. Treadmill Jogger
7. Safety Walking Strap
8. Straight (tangga)
9. Sand-Bag
10. Exercise Mat
11. Incline Mat
12. Neuro Development Rolls
13. Height Adjustable Crowler
14. Floor Sitter
15. Kursi CP
16. Individual Stand-in Table
17. Walking Paralel
18. Walker Khusus CP
19. Vestibular Board
20. Balance Beam Set
21. Dynamic Body and Balance
22. Kolam Bola-bola
23. Vibrator
24. Infra-Red Lamp (Infra Fill)
25. Dual Speed Massager
26. Speed Training Devices
27. Bola karet
28. Balok berganda
29. Balok titian
c. Alat Bina Diri
Anak tunadaksa mengalami hambatan dalam pindah diri (ambulasi), dan koordinasi/keseimbangan tubuh. Keterbatasan atau hambatan tersebut mengakibatkan anak tunadaksa mengalami kesulitan untuk merawat diri sendiri. Agar anak tuna daksa dapat melakukan perawatan diri dan kegiatan hidup sehari-hari (activity of daily living), maka perlu latihan. Alat-alat yang dapat digunakan dapat berupa:
1. Swivel Utensil
2. Dressing Frame Set
3. Lacing Shoes
4. Deluxe Mobile Commade
d. Alat Orthotic dan Prosthetic
Anak tunadaksa mengalami hambatan dalam pindah diri (ambulasi), dan koordinasi/keseimbangan tubuh, karena kondisi tubuh mengalami kelainan. Agar anak tuna daksa dapat melakukan ambulasi dan kegiatan hidup sehari-hari (activity of daily living), maka perlu alat bantu (orthotic dan prosthetic). Alat-alat yang dapat digunakan meliputi:
1. Cock-Up Resting Splint
2. Rigid Immobilitation Elbow Brace
3. Flexion Extention
4. Back Splint
5. Night Splint
6. Denish Browans Splint
7. X Splint
8. O Splint
9. Long Leg Brace Set
10. Ankle or Short Leg Brace
11. Original Thomas Collar
12. Simple Cervical Brace
13. Corsett
14. Crutch (kruk)
15. Clubfoot Walker Shoes
16. Thomas Heel Shoes
17. Wheel Chair (Kursi Roda)
18. Kaki Palsu Sebatas Lutut
19. Kaki Palsu Sampai Paha
e. Alat Bantu Belajar/Akademik
Layanan pendidikan untuk anak tunadaksa mencakup membaca, menulis, berhitung, pengembangkan sikap, pengetahuan dan kreativitas. Akibat mengalami kelainan pada motorik dan intelegensinya, maka anak tunadaksa mengalami kesulitan dalam menguasai kemampuan membaca, menulis, berhitung.
Untuk membantu penguasaan kemampuan di bidang akademik, maka dibutuhkan layanan dan peralatan khusus. Alat-alat yang dapat membantu mengembangkan kemampuan akademik pada anak tunadaksa dapat berupa:
1. Kartu Abjad
2. Kartu Kata
3. Kartu Kalimat
4. Torso Seluruh Badan
5. Geometri Sharpe
6. Menara Gelang
7. Menara Segitiga
8. Menara Segiempat
9. Gelas Rasa
10. Botol Aroma
11. Abacus dan Washer
12. Papan Pasak
13. Kotak Bilangan
2. Pembelajaran Adaptif dalam Pendidikan Jasmani bagi ABK
Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) adalah anak yang mengalami kelainan sedemikian rupa baik fisik, mental, sosial maupun kombinasi dari ketiga aspek tersebut, sehingga untuk mencapai potensi yang optimal ia memerlukan Pendidikan luar biasa(PLB).
PLB merupakan pendidikan yang dirancang untuk memenuhi kebutuhan pendidikan ABK. Adapun yang dirancang dalam PLB adalah kelas, program dan layanannya. Sehingga PLB dapat diartikan juga sebagai Spesial kelas, program atau layanan yang dirancang untuk memenuhi kebutuhan pendidikan Anak luar biasa.
ABK bisa memiliki masalah dalam sensorisnya, motoriknya, belajarnya, dan tingkahlakunya. Semua ini mengakibatkan terganggunya perkembangan fisik anak. Hal ini karena sebagian besar ABK mengalami hambatan dalam merespon rangsangan yang diberikan lingkungan untuk melakukan gerak, meniru gerak dan bahkan ada yang memang fisiknya terganggu sehingga ia tidak dapat melakukan gerakan yang terarah dengan benar.
Di satu sisi, Anak luar Biasa harus dapat mandiri, beradaptasi, dan bersaing dengan orang normal, di sisi lain ia tidak secara otomatis dapat melakukan aktivitas gerak. Secara tidak disadari akan berdampak kepada pengembangan dan peningkatan kemampuan fisik dan keterampilan geraknya. Pendidikan jasmani bagi ABK disamping untuk kesehatan juga harus mengandung pembetulan kelainan fisik.
Dengan uraian di atas maka jelas bahwa Pendidikan jasmani yang diadaptasi dan dimodifikas sesuai dengan kebutuhan, jenis kelainan dan tingkat kemampuan ABK merupakan salah satu factor yang sangat menentukan dalam keberhasilan Pendidikan bagi ABK. Keberhasilan ini akan terwujud baik pada PLB dalam bentuk kelas khusus, program khusus, maupun dalam bentuk layanan khusus di SD biasa maupun di tiap jenjang sekolah biasa lainnya.
Apa dan bagaimana pendidikan jasmani bagi ABK atau Pendidikan Jasmani adaptif secara sederhana akan diuraikan dibawah ini:
a. Pengertian pendidikan jasmani adaptif
Secara mendasar pendidikan jasmani adaptif adalah sama dengan pendidikan jasmani biasa. Pendidikan jasmani merupakan salah satu aspek dari seluruh proses pendidikan secara keseluruhan.
Pendidikan jasmani adaptif merupakan suatu sistem penyampaian layanan yang bersifat menyeluruh (comprehensif) dan dirancang untuk mengetahui, menemukan dan memecahkan masalah dalam ranah psikomotor.
Hampir semua jenis ketunaan ABK memiliki problim dalam ranah psikomotor. Masalah psikomotor sebagai akibat dari keterbatasan kemampuan sensomotorik, keterbatasan dalam kemampuan belajar. Sebagian ABK bermasalah dalam interaksi sosial dan tingkah laku. Dengan demikian dapat dipastikan bahwa peranan pendidikan jasmani bagi anak berkebutuhan khusus (ABK) sangat besar dan akan mampu mengembangkan dan mengkoreksi kelainan dan keterbatasan tersebut.
b. Ciri dari program pengajaran penjas Adaptif
Sifat program pengajaran pendidikan jasmani adaptif memiliki ciri khusus yang menyebabkan nama pendidikan jasmani ditambah dengan kata adaptif. Adapun ciri tersebut adalah:
a.    Program Pengajaran Penjas adaptif disesuiakan dengan jenis dan karakteristik kelainan siswa. Hal ini dimaksutkan untuk memberikan kesempatan kepada siswa yang berkelainan berpartisipasi dengan aman, sukses, dan memperoleh kepuasan. Misalnya bagi siswa yang memakai korsi roda satu tim dengan yang normal dalam bermain basket, ia akan dapat berpartisipasi dengan sukses dalam kegiatan tersebut bila aturan yang dikenakan kepada siswa yang berkorsi roda dimodifikasi. Demikian dengan kegiatan yang lainnya. Oleh karena itu pendidikan Jasmani adaptif akan dapat membantu dan menolong siswa memahami keterbatasan kemampuan jasmani dan mentalnya.
b.    Program Pengajaran Penjas adaptif harus dapat membantu dan mengkoreksi kelainan yang disandang oleh siswa. Kelainan pada Anak luar Biasa bisa terjadi pada kelainan fungsi postur, sikap tubuh dan pada mekanika tubuh. Untuk itu, program pengajaran pendidikan Jasmani adaptif harus dapat membantu siswa melindungi diri sendiri dari kondisi yang memperburuk keadaanya.
c.    Program Pengajaran Penjas adaptif harus dapat mengembangkan dan meningkatkan kemampuan jasmani individu ABK. Untuk itu pendidikan Jasmani adaptif mengacu pada suatu program kesegaran jasmani yang progressif, selalu berkembang dan atau latihan otot-otot besar. Dengan demikian tingkat perkembangan ABK akan dapat mendekati tingkat kemampuan teman sebayanya.
Apabila program pendidikan jasmani adaptif dapat mewujudkan hal tersebut di atas. maka pendidikan jasmani adaptif dapat membantu siswa melakukan penyesuaian sosial dan mengembangkan perasaan siswa memiliki harga diri. Perasaan ini akan dapat membawa siswa berprilaku dan bersikap sebagai subjek bukan sebagai objek di lingkungannya.
c. Tujuan pendidikan jasmani adaptif.
Sebagaimana dijelaskan di atas betapa besar dan strategisnya peran pendidikan jasmani adaptif dalam mewujudkan tujuan pendidikan bagi ABK, maka Prof. Arma Abdoellah, M.Sc. dalam bukunya yang berjudul “Pendidikan Jasmani Adaptif” memerinci tujuan pendidikan Jasmani adaptif bagi ABK sebagai berikut:
a.    Untuk menolong siswa mengkoreksi kondisi yang dapat diperbaiki.
b.    Untuk membantu siswa melindungi diri sendiri dari kondisi apapun yang memperburuk keadaannya melalui Penjas tertentu.
c.    Untuk memberikan kesempatan pada siswa mempelajari dan berpartisipasi dalam sejumlah macam olah raga dan aktivitas jasmani, waktu luang yang bersifat rekreasi.
d.    Untuk menolong siswa memahami keterbatasan kemampuan jasmani dan mentalnya.
e.    Untuk membantu siswa melakukan penyesuaian social dan mengembangkan perasaan memiliki harga diri.
f.    Untuk membantu siswa dalam mengembangkan pengetahuan dan appresiasi terhadap mekanika tubuh yang baik.
g.    Untuk menolong siswa memahami dan menghargai macam olah raga yang dapat diminatinya sebagai penonton.
d. Modifikasi dalam pendidikan jasmani adaptif
Bila kita lihat masalah dari kelainannya, jenis Anak Berkebutuhan Khusus dikelompokkan menjadi:
a. ABK yang memiliki masalah dalam sensoris
b. ABK yang memiliki masalah dalam gerak dan motoriknya
c. ABK yang memiliki masalah dalam belajar
d. ABK yang memiliki masalah dalam tingkah lakunya
Dari masalah yang disandang dan karakteristik setiap jenis ABK maka menuntut adanya penyesuaian dan modifikasi dalam pengajaran Pendidikan Jasmani bagi ABK.
Penyesuaian dan modifikasi dari pengajaran penjas bagi ABK dapat terjadi pada:
a. Modifikasi aturan main dari aktifitas pendidikan jasmani.
b. Modifikasi keterampilan dan tehniknya .
c. Modifikasi tehnik mengajarnya.
d. Modifikasi lingkungannya termasuk ruang, fasilitas dan peralatannya
Seorang ABK yang satu dengan yang lain, kebutuhan aspek yang dimodifikasi tidak sama. ABK yang satu mungkin membutuhkan modifikasi tempat dan arena bermainnya. ABK yang lain mungkin membutuhkan modifikasi alat yang dipakai dalam kegiatan tersebut. Tetapi mungkin yang lain lagi disamping membutuhkan modifikasi area bermainnya juga butuh modifikasi alat dan aturan mainnya. Demikian pula seterusnya, tergatung dari jenis masalah, tingkat kemampuan dan karakteristik dan kebutuhan pengajaran dari setiap jenis ABK.
3. Model Pembelajaran Jasmani untuk Tuna Daksa
Pada saat kami melakukan observasi, siswa tuna daksa yang kami temui adalah tuna daksa golongan ringan dan golongan berat. Siswa yang kami temui dan termasuk tuna daksa golongan ringan memiliki kekurangan yaitu kehilangan tangan sebelah kiri. Variasi olahraga yang cocok untuk tuna daksa golongan ringan adalah olahraga seperti biasanya tapi hanya tidak menggunakan tangan kirinya. Misalnya bermain voli, basket, sepak bola, dll.
Sedangkan siswa lain yang kami temui adalah siswa tuna daksa golongan berat. Dia memiliki kekurangan tangan kirinya tidak berfungsi dan kakinya lumpuh sehingga dia menggunakan kursi roda untuk berjalan. Olahraga yang cocok untuk golongan berat ini antara lain:
1.    Olahraga lempar tangkap bola dari tangan kanan ke tangan kiri mulai dari bola kecil sampai bola yang agak besar.
2.    Bermain basket tapi menggunakan bola yang agak ringan misalnya bola plastic, menggunakan Ring yang relative rendah sehingga mudah untuk memasukkan bolanya, dan menggunakan aturan yang simple (tidak standard).
3.    Senam dan olah tubuh sehingga mempunyai peran ganda yaitu selain menyehatkan tubuh juga bisa sebagai sarana terapi untuk tangan kirinya.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
1.    Pengertian Tuna Daksa adalah bahasa kasar Indo nya adalah cacat, dan bahasa halus adalah Tuna Daksa (alias cacat tubuh). Definisi Tuna Daksa Menurut situs resmi Direktorat Pembinaan Sekolah Luar Biasa, Tuna Daksa berasal dari kata “Tuna“ yang berarti rugi, kurang dan “daksa“ berarti tubuh.
2.    Pendidikan luar biasa(PLB) merupakan pendidikan yang dirancang untuk memenuhi kebutuhan pendidikan ABK. Adapun yang dirancang dalam PLB adalah kelas, program dan layanannya. Sehingga PLB dapat diartikan juga sebagai Spesial kelas, program atau layanan yang dirancang untuk memenuhi kebutuhan pendidikan Anak luar biasa. Pendidikan jasmani bagi ABK disamping untuk kesehatan juga harus mengandung pembetulan kelainan fisik.
4.    Olahraga yang cocok untuk golongan berat ini antara lain:
·    Olahraga lempar tangkap bola dari tangan kanan ke tangan kiri mulai dari bola kecil sampai bola yang agak besar.
·    Bermain basket tapi menggunakan bola yang agak ringan misalnya bola plastic, menggunakan Ring yang relative rendah sehingga mudah untuk memasukkan bolanya, dan menggunakan aturan yang simple (tidak standard).
·    Senam dan olah tubuh sehingga mempunyai peran ganda yaitu selain menyehatkan tubuh juga bisa sebagai sarana terapi untuk tangan kirinya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar