GOLEK-GOLEK

Selasa, 29 Maret 2011

MENINGKATKAN POTENSI GERAK ANAK CEREBRAL PALSY

BAB I
PENDAHULUAN
Cerebral Palsy adalah suatu gangguan atau kelainan yang terjadi pada suatu kurun waktu dalam perkembangan anak, mengenai sel-sel motorik di dalam susunan saraf pusat, bersifat kronik dan tidak progresif akibat kelainan atau cacat pada jaringan otak yang belum selesai pertumbuhannya.
Pendidikan jasmani adalah proses pendidikan tentang dan melalui aktivitas jasmani, permainan atau olahraga terpilih untuk mencapai tujuan pendidikan. Sebagaimana anak yang normal, anak tunadaksa sebagai anak berkebutuhan khusus pun berhak mendapatkan pendidikan, sehingga merekapun berhak mendapatkan pendidikan jasmani sebagai salah satu proses untuk mencapai tujuan pendidikan mereka. Namun tentu saja karakteristik anak tuna daksa (cerebral palsy) yang berbeda dengan anak normal mengharuskan adanya program khusus dalam pelaksanaan pendidikan jasmani bagi mereka. Program pendidikan jasmani yang dibuat khusus untuk anak berkebutuhan khusus termasuk cerebral palsy disebut pendidikan jasmani adaptif.
Program pendidikan jasmani adaptif bagi anak berkebutuhan khusus, termasuk di dalamnya anak tunadaksa (cerebral palsy) akan dibuat khusus dan berbeda dengan program pendidikan jasmani bagi anak normal, sehingga perlu adanya modifikasi-modifikasi tertentu dalam kurikulum, strategi pembelajaran, materi dan alat (media) yang digunakan, teknik pembelajaran, serta lingkungan tempat belajar.
Berdasarkan tujuan pendidikan jasmani adaptif yang ada yaitu untuk menolong siswa mengkoreksi kondisi yang dapat diperbaiki, membantu siswa melindungi diri sendiri dari kondisi apapun yang memperburuk keadaannya melalui pendidikan jasmani tertentu, memberikan kesempatan pada siswa mempelajari dan berpartisipasi dalam sejumlah macam olah raga dan aktivitas jasmani, waktu luang yang bersifat rekreasi, menolong siswa memahami keterbatasan kemampuan jasmaniah dan mentalnya, membantu siswa melakukan penyesuaian social dan mengembangkan perasaan memiliki harga diri, membantu siswa dalam mengembangkan pengetahuan dan apresiasi terhadap mekanika tubuh yang baik, menolong siswa memahami dan menghargai macam olahraga yang dapat diminatinya sebagai penonton, maka diharapkan dapat mengoptimalkan potensi anak berkebutuhan khusus termasuk anak tunadaksa agar kehidupan mereka semakin bermakna bagi mereka sendiri dan orang lain.


BAB II
PEMBAHASAN
A.Pendidikan Jasmani Adaptif bagi Anak Tuna Daksa (Cerebral Palsy)
Pada kenyataannya anak-anak berkebutuhan khusus memiliki kebutuhan yang lebih besar akan gerak. Seperti dikatan oleh beberapa ahli, bahwa pendidikan jasmani harus menjadi program utama dari pendidikan luar biasa secara keseluruhan, karena menjadi dasar atau fondasi bagi peningkatan fungsi tubuh yang diperlukan untuk anak-anak berkebutuhan khusus (cerebral palsy). Apalagi untuk anak-anak cerebral palsy yang memang jelas-jelas ketidakmampuan pada motoriknya yang diakibatkan rusaknya otak. Pendidikan jasmani dapat memberikan sumbangan kepada siswa berkebutuhan khusus (cerebral palsy).
Program pendidikan jasmani harus spesifik dan keterampilan harus diajarkan dalam pola-pola yang baik, mulai dari gerak-gerak yang paling sederhana dan bertahap ke gerak-gerak yang lebih kompleks. Sebelum guru memberikan pembelajaran pendidikan jasmani adaptif kepada siswa, guru harus mengetahui tentang kondisi siswa tersebut antara lain kemampuan gerak anak, komunikasinya, perawatan diri, dan bagaimana anak menggunakan alat bantu.
Latihan persepsi motorik adalah kemampuan seseorang menafsirkan antara objek dan peristiwa motorik sebagai sarana membedakan antara sifat motorik yang buruk dan baik. Contoh pemanduan antara penafsiran dan tugas motorik dengan perkembangan kesadaran berupa kinestika yang diperoleh lewat partisipasi pengalaman motorik terutama aktivitas yang melibatkan otot besar seperti berjalan. Salah satu tujuan program motorik bagi tuna daksa (cerebral palsy) adalah membantu menafsirkan informasi sensori bagi respon motorik yang lebih baik sehingga meningkatkan kemampuan belajar motorik. Diantaranya gerakan atau motorik diklasifikasikan sebagai keterampilan gerak dasar diantaranya berupa keseimbangan, pembengkokan, membawa, menangkap, merangkak, memukul, bangun, memanjat naik, menggelinding, lari, berhenti, mengayun, melempar, menyentuh, berjalan, membungkuk dan menggapai.
Dalam pendidikan jasmani adaptif bagi cerebral palsy guru perlu mengakui bahwa aspek psikologis dari situasi kelas sama dan bahkan lebih penting daripada tujuan substantif pendidikan jasmani. Disamping itu guru perlu memiliki cara-cara kreatif dalam pengajaran agar dapat memotivasi anak.
Ciri dari program pengajaran penjas Adaptif
Sifat program pengajaran pendidikan jasmani adaptif memiliki ciri khusus yang menyebabkan nama pendidikan jasmani ditambah dengan kata adaptif. Adapun ciri tersebut adalah:
Program Pengajaran Penjas adaptif disesuiakan dengan jenis dan karakteristik kelainan siswa. Hal ini dimaksutkan untuk memberikan kesempatan kepada siswa yang berkelainan berpartisipasi dengan aman, sukses, dan memperoleh kepuasan. Misalnya bagi siswa yang memakai korsi roda satu tim dengan yang normal dalam bermain basket, ia akan dapat berpartisipasi dengan sukses dalam kegiatan tersebut bila aturan yang dikenakan kepada siswa yang berkorsi roda dimodifikasi. Demikian dengan kegiatan yang lainnya. Oleh karena itu pendidikan Jasmani adaptif akan dapat membantu dan menolong siswa memahami keterbatasan kemampuan jasmani dan mentalnya.
 Program Pengajaran Penjas adaptif harus dapat membantu dan mengkoreksi kelainan yang disandang oleh siswa. Kelainan pada Anak luar Biasa bisa terjadi pada kelainan fungsi postur, sikap tubuh dan pada mekanika tubuh. Untuk itu, program pengajaran pendidikan Jasmani adaptif harus dapat membantu siswa melindungi diri sendiri dari kondisi yang memperburuk keadaanya.
Program Pengajaran Penjas adaptif harus dapat mengembangkan dan meningkatkan kemampuan jasmani individu ABK. Untuk itu pendidikan Jasmani adaptif mengacu pada suatu program kesegaran jasmani yang progressif, selalu berkembang dan atau latihan otot-otot besar. Dengan demikian tingkat perkembangan ABK akan dapat mendekati tingkat kemampuan teman sebayanya.
Apabila program pendidikan jasmani adaptif dapat mewujudkan hal tersebut di atas. maka pendidikan jasmani adaptif dapat membantu siswa melakukan penyesuaian sosial dan mengembangkan perasaan siswa memiliki harga diri. Perasaan ini akan dapat membawa siswa berprilaku dan bersikap sebagai subjek bukan sebagai objek di lingkungannya.
Tujuan pendidikan jasmani adaptif:
a. Untuk menolong siswa mengkoreksi kondisi yang dapat diperbaiki.
b.    Untuk membantu siswa melindungi diri sendiri dari kondisi apapun yang memperburuk keadaannya melalui Penjas tertentu.
c.    Untuk memberikan kesempatan pada siswa mempelajari dan berpartisipasi dalam sejumlah macam olah raga dan aktivitas jasmani, waktu luang yang bersifat rekreasi.
d.    Untuk menolong siswa memahami keterbatasan kemampuan jasmani dan mentalnya.
e.    Untuk membantu siswa melakukan penyesuaian social dan mengembangkan perasaan memiliki harga diri.
f.    Untuk membantu siswa dalam mengembangkan pengetahuan dan appresiasi terhadap mekanika tubuh yang baik.
g.    Untuk menolong siswa memahami dan menghargai macam olah raga yang dapat diminatinya sebagai penonton.

B.Meningkatkan Potensi Anak Tuna Daksa (Cerebral Palsy) melalui Pendidikan Jasmani Adaptif.
Pada dasarnya anak tunadaksa mempunyai potensi-potensi tertentu di balik keterbatasan yang mereka miliki. Termasuk kemampuan atau potensi fisik yang mereka milikipun sesungguhnya tidak kalah dengan anak-anak normal, sehingga anak tunadaksapun dapat melakukan pendidikan jasmani adaptif dengan keadaan fisik yang masih mereka miliki, bahkan kemampuan merekapun dapat dikembangkan menjadi suatu prestasi yang dapat membanggakan.
Anak tunadaksa yang tidak memiliki kedua tangan dan kedua kaki dapat dilatih menjadi perenang yang hebat. Begitu juga anak tunadaksa yang tidak mempunyai kedua tangan, masih dapat melakukan kegiatan olahraga lain seperti lompat jauh atau lompat tinggi jika dilatih dengan baik. Contoh lain anak tunadaksa yang tidak mempunyai kedua kaki dapat bermain basket meskipun dengan kursi roda. Potensi yang bisa dikembangkan dari diri anak tunadaksa dan menghargai macam olah raga yang dapat diminatinya sebagai penonton atau bahkan yang berhubungan dengan olah raga yang begitu dekat dengan pendidikan jasmani adaptif sesungguhnya sangat banyak, dan semuanya hanya dapat diperoleh dengan berbagai latihan melalui pendidikan jasmani adaptif. Sehingga anak tunadaksa dapat memahami mereka sendiri yang sebagai pelaku dalam olah raga tersebut.
Kondisi fisik yang terbatas diharapkan dapat dikoreksi, dikembalikan atau ditambah fungsinya melalui pendidikan jasmani adaptif ini. Dengan pendidikan jasmani adaptif ini anak akan dilatih bagaimana melindungi diri dari kondisi yang memperburuk keadaannya, sehingga dengan tercapainya tujuan pendidikan jasmani adaptif anak tunadaksa dapat mencapai potensi terbaik yang dimiliki dan dapat diberikan terlepas dari semua keterbatasan kondisi fisiknya.
Model Pembelajaran Jasmani untuk anak Tuna Daksa Ringan dan Berat
Variasi olahraga yang cocok untuk anak tuna daksa ringan adalah olahraga seperti biasanya tapi hanya tidak menggunakan tangan kirinya. Misalnya bermain volly, basket, sepak bola, dll. Sedangkan untuk anak tuna daksa berat, seperti memiliki kekurangan pada tangan kirinya, kakinya lumpuh sehingga menggunakan kursi roda untuk mobilisasi. Olahraga yang cocok untuk tuna daksa berat antara lain:
Olahraga lempar tangkap bola dari tangan kanan ke tangan kiri, mulai dari bola kecil sampai bola besar.
Bermain basket tetapi menggunakan bola yang agak ringan seperti bola plastik dan menggunakan ring alternatif rendah sehingga mudah untuk memasukan bolanya dan menggunakan peraturan yang disesuaikan dengan karakteristik anak (simpel).
Senam dan olah tubuh sehingga mempunyai peran ganda yaitu selain menyehatkan tubuh juga bisa sebagai sarana terapi tangan kirinya.
Model rancangan pendidikan jasmani dalam rangka meningkatkan potensi gerak anak Cerebral Palsy dari kelompok kami adalah sebagai berikut:
Nama Permainan : Basket Matika
Jenis Permainan : Lokomotor
Bentuk Permainan : Kelompok
Tujuan Umum Permainan : Melatih kemampuan motorik dan kognitif anak.



Tujuan Khusus Permainan :
Melatih kemampuan motorik kasar anak dengan berpindah tempat dan melempar.
Melatih kemampuan motorik halus anak dengan latihan memegang bola.
Melatih kognitif anak dengan kegiatan berhitung (dibatasi pada soal yang hasil penjumlahannya dari 2-10).
Melatih sosialisasi dan kerjasama dengan teman sebayanya.

Alat yang dibutuhkan :
Bola Plastik
Kardus
Tali Rafia
Kertas
Tempat : Di dalam dan luar lapangan
Waktu Permainan : 20 Menit
Teknis Permainan :
Rileksasi
Pelaksanaan Permainan/aturan main
Penutup
Pelaksanaan Permainan :
Permainan terdiri dari dua kelompok yang masing-masing anggota kelompok terdiri dari tiga orang.
Siswa yang berada pada posisi pertama bertugas untuk membacakan soal.
Siswa yang berada pada posisi kedua bertugas menjawab soal dan mencari jawaban yang tepat yang berada pada pola dan menyerahkan bola tersebut kepada siswa yang berada pada posisi tiga.
Siswa yang berada pada posisi ketiga bertugas menerima bola dari siwa pada posisi kedua dan melemparkannya ke ring yang telah disediakan.
Setiap siswa bergatian posisi setelah menyelesaikan tugasnya.
Penilaian :
Penilaian menggunakan prinsip kecepatan dan ketepatan
1.Perhitungan yang paling diutamakan adalah kecepatan. Untuk kecepatan, semua kelompok diberi bekal nilai 100.. (100:20=5) setiap menit bernilai 5 point. Jadi setiap menit yang dihabiskan untuk melaksanakan permainan akan diakumulasi jumlah poinnya kemuadian dikurangkan pada poin yang telah diberikan(100). Semakin banyak waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan tugas maka semakin banyak pengurangannya dan menyisakan poin yang semakin sedikit begitu pula sebaliknya.
2.Ketepatan merupakan kebenaran dari menjawab soal. Setiap soal yang benar mendapatkan nilai 20 poin. Jumlah soal 5, sehingga jika benar semua mendapat nilai 100.
Setelah itu nilai diakumulasikan dan kelompok yang mendapat nilai tertinggi itulah kelompok yang menang.



BAB III
PENUTUP
A.Kesimpulan.
Cerebral Palsy adalah suatu gangguan atau kelainan yang terjadi pada suatu kurun waktu dalam perkembangan anak, mengenai sel-sel motorik di dalam susunan saraf pusat, bersifat kronik dan tidak progresif akibat kelainan atau cacat pada jaringan otak yang belum selesai pertumbuhannya. Program pendidikan jasmani adaptif bagi anak berkebutuhan khusus, termasuk di dalamnya anak tunadaksa (cerebral palsy) akan dibuat khusus dan berbeda dengan program pendidikan jasmani bagi anak normal, sehingga perlu adanya modifikasi-modifikasi tertentu dalam kurikulum, strategi pembelajaran, materi dan alat (media) yang digunakan, teknik pembelajaran, serta lingkungan tempat belajar. Olahraga yang cocok untuk golongan berat ini antara lain:
·    Olahraga lempar tangkap bola dari tangan kanan ke tangan kiri mulai dari bola kecil sampai bola yang agak besar.
·    Bermain basket tapi menggunakan bola yang agak ringan misalnya bola plastic, menggunakan Ring yang relative rendah sehingga mudah untuk memasukkan bolanya, dan menggunakan aturan yang simple (tidak standard).
·    Senam dan olah tubuh sehingga mempunyai peran ganda yaitu selain menyehatkan tubuh juga bisa sebagai sarana terapi untuk tangan kirinya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar